Kuwali
Ukuran
Diameter : 23 cm
Tinggi : 24 cm
Isi : 6 liter
Bahan Tanah Liat
|
Set
Gentong Dawet
1 set = 3 pcs
Ukuran
Kecil : D.25 cm-
6Kg-5 ltr
Sedang :D. 30 cm- 8Kg-11 ltr
Besar : D.35cm cm- 10Kg-17 ltr
Bahan Tanah Liat
|
Kendilan
Besar
Ukuran
Diameter 22cm Tinggi 23cm
Bahan Tanah Liat
|
Panci pegangan panjang, Diameter 16cm, Tinggi 8cm |
Panci kecil
ukuran Diameter : 18cm tinggi : 10 cm Kapasitas : 1 liter |
Kendi Minum
Ukuran
Diameter : 19cm
Tinggi sampai tutup : 24 cm
Bahan Tanah Liat
|
Panci Besar
Ukuran
Diameter : 26cm
Tinggi : 15 cm
Bahan Tanah Liat
|
Kendilan
Ukuran
Diameter : 18cm
Tinggi : 13cm
Bahan Tanah Liat
|
Kendi jamu
Ukuran
Diameter : 15 cm
Tinggi : 12 cm
Isi : 3 liter
Bahan Tanah Liat
|
Cangkir adalah wadah kecil untuk minum teh atau kopi dengan pegangan di salah satu sisi yang digunakan sewaktu memegang dengan ibu jari dan jari tangan yang lain. Cangkir kadangkala berisi teh atau kopi yang panas sehingga pegangan pada cangkir berguna agar tangan tidak kepanasan sewaktu mengangkat cangkir.
Cangkir ini dibuat dari tanah liat dan mempunyai pasangan berupa piring kecil yang juga dikenal dengan nama tatakan (saucer). Cangkir dan tatakannya biasanya merupakan bagian dari perangkat minum teh (tea set) yang terdiri dari teko, cream jug, mangkuk gula bertutup.
Di Indonesia, cangkir masih sering digunakan sebagai satuan ukuran pada resep kue, 1 cangkir kira-kira sama dengan 150 cc dan tidak sama dengan 1 cup.
Cangkir pertama yang dikenal Eropa berasal dari pusat produksi keramik Imari di Jepang. Cangkir diimpor oleh orang Eropa khusus untuk minum teh yang merupakan minuman baru pada masa itu. "Cangkir" teh (mangkuk teh) yang digunakan di Asia Timur tidak mempunyai pegangan. Cangkir pertama yang dibuat orang Eropa di Meissen juga tidak mempunyai pegangan karena sekadar meniru "cangkir" teh dari Asia.
Dispenser |
Diameter 25cm
Tinggi 20 cm
Ukuran Dudukan Dispenser :
Diameter 26cm
Tinggi 39 cm
Ukuran Dispenser :
Dispenser B |
Tinggi 20 cm
Ukuran Dudukan Dispenser :
Diameter 26cm
Tinggi 50 cm
Kendi Gepeng (Tipis)
Ukuran
Tinggi : 34 cm
Tebal Badan : 10 cm
Lebar : 22 cm
Kapasitas : 2.5 Liter
Bahan Tanah Liat
Kendi adalah tempat air seperti teko yang terbuat dari tanah liat. Kendi biasanya dimanfaatkan untuk minum. Kendi ini terbuat dari tanah liat murni dengan proses pembakaran saja tanpa menggunakan glazuur/bahan tambahan. Dengan demikian molekul yang ada pada kendi itu tidak tertutup rapat. Keistimewaan dari kendi yang tidak diberi glazuur adalah oksigen dapat masuk kedalam air melalui pori-porinya (prinsip kapilaritas). Seperti kita ketahui oksigen adalah zat utama untuk kelangsungan kehidupan. Kendi dikenal di seluruh dunia dan berkembang di Mesir, China, Jepang, Thailand, dan Indonesia.
Sebutan 'kendi' pada umumnya dikenal di seluruh Asia Tenggara. Kata kendi berasal dari bahasa Sansekerta (dari India) yakni kundika yang artinya 'wadah air minum'. Dalam ikonografi Hindu, 'kundika' merupakan atribut dari Dewa Brahma dan Dewa Siwa. Sedangkan pada agama Budha, 'kundika' merupakan atribut Awalokiteswara dan peziarah Budha juga membawa 'kundika' yang dianggap sebagai salah satu dari delapan belas wadah suci yang dibawa seorang rahib dalam perjalanannya mencari kitab suci.
Sebutan kendi di Indonesia bermacam-macam khususnya untuk kendi tanpa corot (kendi seperti buah labu/botol). Di Sumatera Barat wadah ini disebut labu tanah, di Jawa ada yang menyebutnya gogok, atau glogok yang katanya berasal dari bunyi yang keluar saat air dituang, di Batak disebut kandi, di Bali disebut kundi atau caratan, di Sulawesi Selatan busu, di Aceh geupet bahlaboh dan di Lampung disebut hibu.
Sejarah kendi Walaupun kendi sudah dikenal sejak masa awal di Jawa dan Negeri Melayu, akan tetapi berdasarkan kesejarahan benda itu berasal dari India yang telah lebih dulu mengenalnya pada zaman peradaban yang lebih tua. Bahkan juga diduga kendi bercorot dari Asia Tenggara bukan hanya peniruan dari India akan tetapi merupakan evolusi dari kendi Mesopotamia dan Yunani. Beberapa bentuk Kendi bercorot kuno yang ditemukan di Mesopotamia berasal dari tahun 3200 SM dan kendi bercorot yang ditemukan di Yunani tahun 2500 SM ada kemiripan dengan bentuk-bentuk kendi yang ada di Asia Tenggara.
Meskipun kendi-kendi gerabah telah dibuat di banyak tempat di Indonesia sejak zaman prasejarah, namun kendi secara khusus sebagai wadah air yang menuang dari corotnya, baru dikenal pada abad ke-9 di Jawa. Hal ini dapat ditemukan pada relief-relief yang ada di Candi Borobudur pada teras Kamadhatu. Di Candi Borobudur yang dibangun sekitar tahun 800 M, memperlihatkan kedua bentuk tersebut.
Fungsi Kendi
Fungsi utama kendi gerabah adalah sebagai wadah penyimpanan air minum, agar air tetap dingin sepanjang hari. Karena kendinya berlubang, air langsung dapat dituang ke mulut melalui tanpa menyentuh mulut. Kendi juga dapat berguna sebagai wadah cairan seperti obat atau ramuan magis, seperti kendi di Jawa yang bertangkai panjang. Tangkai tersebut berfungsi untuk mencegah tutup terlepas dan airnya terbuang, bilamana digunakan seseorang yang terbaring di tempat tidur. Bentuk lain yang berfungsi sebagai wadah obat ialah kendi yang berlubang pada ujung lehernya dan berbentuk bawang.
Kendi juga dipakai sebagai alat upacara pada acara-acara tertentu, misalnya pada perkawinan. Air yang terdapat dalam kendi dianggap suci, murni, dan menyejukan, menjadi simbol perkawinan yang sempurna. Di Jawa Barat, pada upacara perkawinan, mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria dengan air dari kendi, setelah upacara pemecahan telur. Upacara basuh kaki melambangkan kesetiaan seorang istri terhadap suaminya.
Kendi juga dipakai pada acara sakral misalnya pada waktu upacara pemberangkatan jenazah dari rumah duka menuju pemakaman. Dalam upacara tersebut seringkali masyarakat Jawa Tengah memecahkan kendi yang berisi air. Para peziarah yang akan ke makam sanak keluarga biasanya juga membawa kendi berisi air untuk disiram ke atas kuburan dengan tujuan agar untuk menyejukan arwah yang meninggal.
Kendi juga dipakai pada acara-acara penobatan atau pengukuhan. Sebagai contoh, pada acara ekspor perdana kontainer disiram dengan air melalui kendi yang dipecahkan. Contoh lain, pada saat pemberian nama "Tetuko" untuk pesawat terbang yang dibuat IPTN di Bandung tahun 1984, Presiden Soeharto memecahkan kendi berisi air wangi pada hidung pesawat tipe CN235 itu.
Pada tari Bondan, tarian dari Surakarta, seorang anak wanita dengan menggendong boneka mainan dan payung terbuka menari di atas kendi. Ia harus menari dengan hati-hati agar kendi yang diinjak tidak pecah. Tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.
Di Jawa, seperti pada masyarakat Tengger, kendi miniatur/kecil digunakan sebagai pelengkap sesaji dan di Bali dipergunakan pada acara-acara keagamaan, kendi juga diperlakukan sebagai mainan anak-anak, ketika mereka sedang mengadakan permainan rumah-rumahan, atau pasar-pasaran.
Keberadaan kendi masih banyak dijumpai dalam masyarakat Indonesia sebagai pelengkap kehidupan, meskipun usianya telah lama, namun bentuk dan fungsinya selalu dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sampai saat ini
Gentong Padasan |